Halo jes! Siapa yang tidak mengenal budaya nginang? Kalau di daerah Indonesia timur mungkin kita masih bisa melihat nginang sebagai tradisi atau bahkan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar. Nah bagaimana dengan budaya nginang di daerah selain Indonesia timur?
Saat berkunjung ke daerah Pronojiwo (Lumajang), saya menemui beberapa orang tua yang terlihat berkarakter ketika dipotret. ‘Perburuan’ saya terhenti ketika melihat seorang nenek duduk di daun pintu rumahnya. Di sore yang redup berawan, Mbah Tumbu sedang asyik nginang menghadap kebun salak di sebelah rumahnya. Nampaknya kami berjodoh karena mbah Tumbu sedang ingin ngobrol sambil dipotret saat itu.
Obrolan saya buka tentang apa yang sedang beliau nikmati di mulutnya. Karena cukup lancar berbahasa Jawa halus, obrolan menjadi mengalir. Awalnya mbah Tumbu memperlihatkan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk nginang. Di atas sebuah mangkok stainless dengan diameter 15cm sudah terkumpul beberapa lembar daun sirih, kapur, dan juga gambir. Ada juga alat tumbuk yang digunakan untuk mencampur dan menghaluskan bahan-bahan tersebut. Tidak heran Mbah Tumbu lebih menyukai bahan yang halus karena saat itu giginya terlihat berjumlah hanya 3 buah.
Cukup intim obrolan kami, muncullah kawan saya (Tanjung) yang merasa penasaran dengan bagaimana sensasi nginang. Karena Tanjung masih memiliki banyak gigi, bahan nginang mbah Tumbu diracik tanpa dihaluskan dengan alat tumbuk. Kurang dari 1 menit kemudian Tanjung sudah dapat mengunyahnya dan mencoba sensasi nginang. Tidak disangka, kurang dari 30 detik ia langsung berdiri dan memuntahkan segala yang ada di mulutnya. Tidak hanya itu, air di ember dekat sumur juga disambar untuk mencuci seisi mulut. Ternyata nginang yang dapat menguatkan gigi dan menghangatkan tubuh tidak sesuai dengan lidah anak muda. Merasa berbeda pendapat, Mbah Tumbu mengatakan pada kami bahwa nginang dapat memberi rasa manis di lidahnya. Ah entahlah siapa yang benar, saya tertawa terbahak-bahak saja setelah tahu bagaimana reaksi si Tanjung saat nginang. Hahaha.
Bagaimana tradisi nginang di daerahmu? Share disini dong..
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam njepret dan sukses untuk kita semua.
Menyukai bersepeda dan jalan-jalan sambil motret. Kalau ingin dipandu berwisata, bersepeda, atau difotoin di sekitar Bromo dan Malang, kontak via WA aja ke +62852-8877-6565
Leave a Reply