Cycling Trans Kelud Volcano
Weekend kemarin rasanya ingin kuulangi lagi di weekend berikutnya. Meskipun menjelajah track Sirah Kencong (Wlingi, Blitar) bukan pertama kalinya bagiku, namun pengalaman ini benar-benar istimewa. Mengapa demikian? Mari simak laporan saya saat mengikuti event Cycling Trans Kelud Volcano.
Bakar Jagung
Event Cycling Trans Kelud Volcano bukan short time event seperti kebanyakan event yang sering aku ikuti. Event bersepeda yang dilaksanakan pada 28 – 29 April 2012 ini diawali dengan bersepeda menjelajah tanjakan pada malam hari. Siapa bilang melibas tanjakan pada malam hari terasa lebih ringan? Bagi yang belum pernah merasakannya, mungkin berpendapat demikian. Namun bagiku sama saja, sama-sama beratnya. Hehe 😀
Api unggun + tempat parkir sepeda
Track tanjakan yang dimulai dari kantor Kelurahan Semen, Kec. Wlingi hingga gedung pertemuan milik Perkebunan Kawisari hanya menyajikan jalur makadam untuk kami lewati. Jika  tidak terbiasa melahap jalur tanjakan, pastilah jalur makadam menjadi kendala besar bagi yang menggenjot pedalnya malam itu. Banyak ban kami yang selip saat melahap tanjakan karena berpijak pada jalur yang batunya tidak melekat betul pada tanah. Rasanya malam itu bajuku basah kuyup karena keringat yang terus keluar untuk melahap tanjakan sejauh 5 km.
Ruang tidur peserta
Ini memang bukan pertama kalinya bagiku dalam menjelajah track Sirah Kencong. Meskipun malam itu tidak melewati single track, tetap saja jalur yang kami lewati gelap gulita. Aku yang berada di barisan terdepan bersama beberapa kru komunitas Gowes Jelajah secara tidak langsung menjadi pemandu rombongan karena panitia yang mengantar kami memilih untuk istirahat. Bagiku, tanjakan malam itu harus ditaklukkan dengan sedikit istirahat #sombong 😀
Start di pagi hari
Sekitar 1 jam kami melahap tanjakan tersebut, sampailah rombongan terdepan di gedung yang juga merupakan tempat tidur peserta Cycling Trans Kelud Volcano. Gedung yang berukuran besar ini mampu menampung semua peserta yang jumlahnya sekitar 120 orang. Cukup luas untuk ukuran sebuah gedung yang terletak di tengah kawasan perkebunan 😀
Harus santai saat melahap tanjakan
Bersepeda malam itu telah usai, saatnya tubuh ini merilekskan diri sambil menikmati hidangan yang telah disediakan panitia. Ada susu sapi segar, teh hangat, dan soto ayam yang bisa kami nikmati saat itu. Beberapa peserta yang telah datang memilih untuk duduk dan berkumpul di tanah lapang yang terletak di sebelah gedung tempat tidur peserta. Meskipun tidak saling kenal, tetap saja ada bahan gurauan yang dapat mengundang tawa bersama.
Snack di tengah perjalanan
Sekitar 45 menit menunggu semua peserta sampai di gedung tempat tidur, tibalah acara puncak yang memang aku tunggu-tunggu : bakar jagung + menyalakan api unggun + kembang api. Malam itu jadi makin akrab karena peserta saling bergantian membakar jagungnya dan berinteraksi dengan obrolan ringan.
Kawasan Pabrik Teh Ken Tea
Terima kasih kepada panitia yang sudah menyiapkan acara dengan sangat matang + menarik. Sudah saatnya aku beristirahat (waktu menunjukkan pukul 00.15 WIB).
View Perkebunan Teh Sirah Kencong
Foto bersama peserta
Pagi itu aku membuka mata sekitar pukul 05.00 WIB. Ada beberapa peserta muslim yang sedang melaksanakan Shalat Shubuh. Pemandangan peserta sedang mengantri juga terlihat di sekitar kamar mandi dan WC umum yang jumlahnya hanya 2 ruangan.
Di sekitar spot api unggun juga terlihat beberapa peserta yang berkumpul untuk menghangatkan diri. Dinginnya pagi di tempat dengan ketinggian sekitar 700 mdpl memang tidak seberapa. Namun api unggun dapat menghangatkan suasana di sekitar tempatku masih mengucek-ngucek mata saat itu. Ah, betapa indahnya suasana pagi di Sirah Kencong.
Pemotongan kayu di hutan
Pukul 07.00 WIB peserta diberangkatkan dari gedung tempat istirahat untuk kembali menjelajah track Sirah Kencong. Sebelum berangkat, kami semua disuguhi snack pagi yang menunya terdiri dari bubur kacang hijau dan telur rebus. Menu ini cukup untuk mengawali hari yang berat mengingat kami harus menanjak kembali sejauh 4,5km dengan medan yang sama, makadam.
Peserta berbaris di garis start sambil mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan panitia. Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Pak Yamek selaku ketua pelaksana event ini terkait ekspektasi dari pelaksanaan acara yang aman dan menyenangkan.
Peserta mengalami kram
Setelah dilepas, kami harus melahap tanjakan makadam yang tergolong berat. Banyak peserta yang memilih untuk menuntun sepedanya masing-masing.
Sekitar 60 menit melahap track tanjakan, sampailah kami di areal pabrik pengolahan teh Sirah Kencong yang menghasilkan produk dengan merk Ken Tea. Syukurlah ini merupakan tempat tertinggi di yang harus kami datangi. Itu berarti beberapa saat lagi akan ada track turunan yang bisa kami nikmati.
Makan siang.. Loss!!!
Odometer di sepedaku telah menunjukkan kilometer 10. Ini adalah titik pertama kami menikmati track turunan yang juga merupakan single track membelah perkebunan Sirah Kencong. Track turunan yang kulibas sepertinya sudah diperbaiki oleh panitia sebelum kami mengunjunginya. Ternyata memang benar. Track yang sebelumnya banyak memiliki alur aliran air, kini makin bersih dan membuat handling sepeda menjadi lebih mudah. Lagi-lagi kuucapkan terima kasih kepada panitia yang telah menyiapkan acara begitu matang sehingga aku bisa konsentrasi saat menuruni track Sirah Kencong 😀
Seni musik Keroncong
Track turunan yang dilalui sejauh 11 km dapat membuat kaki Anda bergemetar karena banyak sekali variasi track yang tentunya menantang. Selain itu, alam yang disajikan juga bervariasi. Awalnya kami menjelajah kawasan perkebunan, kemudian dilanjutkan dengan menjelajah hutan yang memiliki pepohonan berukuran besar. Oleh warga setempat daerah ini diberi nama Tapak Gawang karena memang ada sebuah akar pohon yang  tumbuh berdampingan di kiri dan kanan single track menyerupai gawang bola. Bersepeda di hutan ini serasa seperti atlit downhill yang aksinya difilmkan (Lifecycle). Sungguh seru sekali dan bahkan ada seorang kawan (Tegar Ardiansyah) yang berteriak saat asyik melahap track turunan, “Wow, rasanya kayak main di Play Station (Downhill)“.
Pengundian Door Prize
Masih di track turunan namun sudah berganti medan, yakni aspal. Momen ini sekaligus menjadi akhir petualanganku dalam menjelajah track Sirah Kencong (Wlingi, Blitar). Kami semua kembali ke Kantor Kelurahan Sirah Kencong yang juga menjadi tempat parkir kendaraan pengangkut sepeda peserta dari luar kota Blitar. Sambil menunggu acara penutup (pembagian doorprize), kami disuguhi hidangan makan siang secara prasmanan yang menunya istimewa dan sajian musik Keroncong yang dibawakan oleh seniman setempat.
Di akhir acara, pembagian doorprize dengan hadiah utama frame menjadi penutup rangkaian acara yang dimulai dari hari sebelumnya (Sabtu, 28 April 2012). Dari 7 orang kru Gowes Jelajah, ada 3 orang diantaranya yang mendapatkan doorprize. Meskipun hadiahnya tidak terbilang mewah, namun cukup bangga-lah karena bisa menjadi salah satu orang yang beruntung mendapatkannya.
Sekali lagi, terima kasih kepada panitia penyelenggara event Cycling Trans Kelud Volcano. Terima kasih pula kepada kawan-kawan peserta yang telah memberikan pengalaman berharga saat itu. Kepada Mas Yorgi sebagai wartawan majalah Ride Bike, terima kasih sudah mau berpartisipasi dan bertemu dengan kami. Semoga pertemuan tersebut bisa menjalin tali saudara antara Ride Bike dengan komunitas sepeda di Jawa Timur.
Akhir kata, salam gowes dan sukses untuk kita semua.

Menyukai bersepeda dan jalan-jalan sambil motret. Kalau ingin dipandu berwisata, bersepeda, atau difotoin di sekitar Bromo dan Malang, kontak via WA aja ke +62852-8877-6565
ramrafting
uapik tenan mas brow…..tulisane lengkuap…mung kurang siji gambare…ora ono aku…:)
Anom Harya
Lho? Foto Pak Ricky ada kok. Buka aja album yang sudah saya sertakan pak. Salah satu foto Pak Ricky ya ini : https://lh5.googleusercontent.com/-ji4NZiBLonE/T59JgQv0oGI/AAAAAAAAHiM/gQkQ621nS6Q/s640/IMG_5023.JPG
Tapi kayaknya emang cuma satu deh 😀
aby
sebagai pemirsa, saatnya ane bilang. MANTAB JURAGAAAANN!!! 😀
Anom Harya
Ahaha. Terima kasih 🙂