Gowes Jelajah Gua Jepang – Bedengan (09/06)

Menjelajah bukit di sekitar Gua Jepang

Menjelajah bukit di sekitar Gua Jepang

 Pada Sabtu (09/06) ada 5 orang kru komunitas Gowes Jelajah yang berinisiatif untuk mencari jalur tanah yang dapat menghubungkan Gua Jepang (Kota Batu) dan Bumi Perkemahan Bedengan (Kec. Dau – Malang). Inilah report dari saya yang juga bergabung dalam tim tersebut.

Menikmati tanjakan aspal di pinggiran Kota Batu.

Menikmati tanjakan aspal di pinggiran Kota Batu.

Sekitar pukul 06.30 WIB kami berangkat dari Gerbang Univ. Brawijaya bagian Sukarno Hatta. Pada awalnya kami menggenjot pedal melewati tanjakan aspal yang menghubungkan Kota Malang dan Kota Batu. Mendekati daerah perbatasan memasuki Kota Batu, arah sepeda kami belokkan ke jalur yang relatif lebih sepi dari kendaraan bermotor. Meski sedikit kendaraan bermotor yang berlalu lalang, tetap saja track tanjakan tak dapat dielakkan.

Menikmati tanjakan di hutan pinus

Menikmati tanjakan di hutan pinus

Di daerah Gua Jepang, track tanah dan menanjak adalah menu utama kami. Kondisi medan juga berdebu karena sudah memasuki musim kemarau. Tidak satupun anggota tim yang mengetahui jalur yang akan kami lewati. Meskipun kami sempat 2x salah jalur, syukurlah masih ada warga sekitar yang kebetulan sedang mengambil rumput – tetap setia memberi arahan.

Minta air minum di rumah warga.

Minta air minum di rumah warga.

Jalur tanjakan di daerah Gua Jepang terbilang cukup menguras tenaga karena sudutnya yang relatif tinggi serta medannya yang terdiri dari makadam. Beberapa anggota yang waktu itu hanya membawa 1 botol air minum ukuran 500ml pun harus berpuasa sejenak. Disinilah kemauan kami untuk berbagi diuji. Bagi yang membawa bekal (terutama air) berlebih,  syukurlah masih mau untuk berbagi.

Ibu yang baik & anaknya yang polos.

Ibu yang baik & anaknya yang polos.

Perjalanan dilanjutkan kembali dan memasuki perkampungan yang entah apa namanya. Begitu pertama kali jumpa dengan perkampungan, kami langsung berpikiran untuk membeli air minum. Sepertinya kampung ini jarang dikunjungi orang asing. Ini terbukti, sedikit sekali warung yang menjajakan kebutuhan sehari-hari. Air minum pun susah untuk kami dapatkan.

Ada sebuah rumah yang menghiasi jendela kacanya dengan beberapa produk makanan ringan. Kami berangggapan bahwa rumah tersebut adalah warung. Meskipun betul rumah tersebut adalah warung, tetap saja tidak menjual air minum. Namun, syukurlah penghuni rumah masih menyambut baik kedatangan kami. Air minum 2 morong (teko) pun diberikan ke kami secara cuma-cuma.

Buta arah, hanya mengandalkan intuisi.

Buta arah, hanya mengandalkan intuisi.

Memasuki perkebunan sayur, kami bingung mau mengarahkan sepeda untuk  kemana. Meski jalur yang kami lewati sudah memiliki pola seperti single track pada umumnya, sepertinya jalur ini jarang dan bahkan belum pernah dilewati oleh sepeda. Kami pun ragu, apakah jalur ini bisa mengantar kami menuju Bedengan. Syukurlah jalur yang kami lewati berada di atas bukit sehingga bisa memandang dengan bebas daerah yang ada di kaki bukit. Dengan bermodalkan nekat dan koordinasi, kami pun bisa menemukan jalur yang berupa turunan dan berkelok-kelok membelah perkebunan sayur.

Menikmati dinginnya air sungai di tengah perjalanan.

Menikmati dinginnya air sungai di tengah perjalanan.

Ada yang asyik ketika kami melewati track turunan ini. Beberapa batu besar yang muncul sebagian memancing beberapa kru untuk melakukan lompatan-lompatan bunny hop. Meski belum sempurna melakukannya, paling tidak ada kepuasan tersendiri ketika berhasil melahapnya. Tak terasa, turunan ini mengantar kami menuju Bumi Perkemahan bedengan. Kami pun bersuka ria karena track ini memang ku tetapkan bersama beberapa kawan sebagai target dan akhirnya dapat tercapai.

Menyeberangi sungai di Bumi Perkemahan Bedengan.

Menyeberangi sungai di Bumi Perkemahan Bedengan.

Dalam perjalanan menuju Kota Malang, aku sempat berdiskusi tentang track yang baru saja kami lewati. Dipikir-pikir, track ini akan panjang sekali jika digabungkan dengan track Coban Rondo – Gua Jepang – Bedengan – Graha Dewata. Jika dihitung jaraknya, mungkin sekitar 30km track tanjakan dan turunan berupa tanah dan makadam bisa kami nikmati.

Sekian cerita jelajah yang bisa saya bagikan, semoga semakin banyak lagi track sepeda yang bisa kami jelajahi dan bagikan ceritanya.

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,

Salam gowes dan sukses untuk kita semua.

← Previous Post

Next Post →

4 Comments

  1. mantap tracknya..

  2. putranto

    Ini total berapa km ya Pak?
    tanjakan atau turunan gitu ya?

    • Kalau dihitung dari Gua Jepang, track ini jauhnya sekitar 10 km sampai Bedengan pak. Di awal ada tanjakan dari Gua Jepang dengan medan makadam trus dilanjut jalan tanah setapak dan aspal perkampungan. Nanti waktu turunan baru bisa merasakan track tanah yang ada di tebing dengan jurang setinggi 100 meter-an 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *