Tak terasa, ternyata sudah 2 tahun saya tidak mengunjungi Trenggalek. Pada 2011 lalu, kabupaten yang terletak masih di provinsi Jawa Timur ini menarik perhatian saya untuk berkunjung dan mengikuti event Trenggalek Mountain Bike Adventure (TMBA) seri IV. Event tahunan yang saat itu didukung oleh dinas pariwisata setempat dilaksanakan dengan sukses dan membuat saya berjanji untuk datang kembali. Meski tak bisa ikut berpartisipasi pada TMBA seri V yang diadakan pada 2012 lalu, akhirnya pada tahun 2013 saya bisa datang kembali bersama 3 orang kawan.
Dengan menggunakan mobil dari Kota Malang, kami berangkat sekitar pukul 22.30 WIB dan tiba di lokasi start sekitar pukul 04.00 WIB. Sebuah perjalanan darat yang terbilang panjang karena harus melalui 3 kota / kabupaten yang diantaranya Kabupaten Blitar, Tulungagung, dan Kota Trenggalek. Sesampainya di lokasi start yang berada di pendopo Kecamatan Panggul, kami disambut oleh beberapa panitia yang sedang mempersiapkan acara. Dengan diantar panitia, kami menuju rumah Bu Yayuk yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh panitia untuk menyediakan rumahnya sebagai tempat istirahat kami. Selamat beristirahat (meski hanya 90 menit)!!!
Dengan kondisi yang belum 100% fit karena hanya tidur beberapa menit di mobil, kami pun harus berpacu dengan waktu. Secepat-cepatnya kami melakukan persiapan, ternyata terlambat juga menuju start. Begitu tiba di lokasi, balon gerbang start ternyata sudah dikempesi oleh panitia. Kami ditinggal jauh oleh peserta lainnya!!! Aduh..
Ditinggalkan peserta lainnya justru membuat kami lebih bersemangat karena bisa lebih bebas untuk berfoto ria selama menempuh track yang panjangnya hampir 30km. Spot indah yang pertama kami lewati adalah Pantai Konang. Pantai bersih yang terletak di selatan Pulau Jawa ini sangat bersahabat dengan pesepeda. Barisan pepohonan kelapa dan tanah berpasir yang basah mengantar kami menyusuri perkampungan warga setempat.
Sedikit masuk ke perkampungan ternyata sudah ada bukit di depan kami yang menanti untuk dilewati. Jalur beton dua arah menjadi saksi bahwa pagi itu kami sangat bekerja keras menghadapi tanjakan. Sesekali jalur turunan beton menjadi bonus dan membuat nafas kami teratur kembali.
Panitia memang mengerti apa yang kami butuhkan di saat menghadapi tanjakan. Ditambah lagi keramahan warga setempat membuat kami lebih sering berhenti karena tidak mampu menolak apa saja yang mereka suguhkan. Entah berapa kali kami temui nampan yang berisi jagung rebus, ubi kukus, pisang kukus, kelapa muda, dan beberapa hasil kebun lainnya. Yang pasti semua suguhan itu bisa membuat kami lebih bersemangat lagi dalam menghadapi tanjakan. Semangat!!!
Tanjakan masih terus kami temui selama 3 jam. Beberapa diantaranya rolling naik turun dan sisanya tanjakan yang hanya bisa kami lalui dengan menuntun sepeda. Bekal yang disediakan oleh panitia makin banyak tersebar di sepanjang titik melelahkan ini. Tim medis pun sedikit-sedikit menawari kami dengan oksigen tabung agar lebih “joss” dalam menghadapi tanjakan. Setelah melihat hasil tracking menggunakan HP dan aplikasi Endomondo, baru saya tau ternyata jalur ini mendaki bukit seutuhnya (dari 35 mdpl hingga 279 mdpl) dengan jarak diagonalnya yang sepanjang 2km. Pantas saja kami kelelahan. Tanjakan Gila!! 😀
Jika sudah dihadapkan dengan tanjakan panjang, petunjuk jalan yang paling kami nantikan adalah “Hati-hati turunan tajam”. Perjuangan selama 3 jam berhadapan dengan tanjakan mengantar kami menuju puncak. Jalur makadam dan aspal adalah medan yang akan kami hadapi menjelang finish. Setelah beberapa kilometer melewati turunan aspal, jalur yang kami lewati adalah singletrack tanah kebun kelapa sepanjang 5km yang hanya berada sekitar 100 meter dari pesisir pantai. Suara ombak pantai selatan yang menggelegar dan kemudian digantikan dengan suara musik dangdut menandakan bahwa kami semakin dekat dengan finish. Terhitung 4 jam 30 menit kami lalui TMBA tanpa halangan yang berarti. Syukurlah..
Start terlambat, di sepanjang perjalanan lebih banyak berfoto ria, dan menjadi mekanik bagi peserta lainnya yang mengalami kerusakan sepeda; itulah gambaran mengenai kami berempat. Tak heran jika kami selalu bersama panitia yang bertugas mengawal peserta paling buntut. Imbasnya kami tak bisa mengikuti jalur TMBA seri VI secara keseluruhan. Berikut adalah gambaran jalur hasil tracking melalui HP dan Endomondo yang bisa menggambarkan petualangan kami pada Minggu (24 November 2013). Untuk file GPX bisa Anda download via link ini.
Ada banyak momen saat TMBA VI yang didokumentasikan dengan kamera saya. Berikut adalah albumnya yang memuat lebih banyak foto pilihan saya. Silakan dinikmati.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam gowes dan sukses untuk kita semua.
Menyukai bersepeda dan jalan-jalan sambil motret. Kalau ingin dipandu berwisata, bersepeda, atau difotoin di sekitar Bromo dan Malang, kontak via WA aja ke +62852-8877-6565
Leave a Reply