Menetap beberapa minggu di Bali sangatlah menyenangkan. Akhir pekan lalu saya habiskan malam di sebuah pantai yang masih tersembunyi di kawasan Uluwatu. Banyak orang menyebutnya sebagai Pantai Nyangnyang.
Untuk mencapai Pantai Nyangnyang, kami harus berjalan kaki menuruni bukit setinggi 100 meter sejauh sekitar 1 km dari lahan parkir kendaraan. Dari beberapa blogpost yang telah saya baca, ternyata jalur yang kami lewati menuju Pantai Nyangnyang berbeda. Jika mereka (penulis blog lainnya) harus menuruni ratusan anak tangga, pekan lalu kami lewati jalan cukup lebar yang masih berupa batuan kapur dan juga berkerikil.
Jalan selebar kurang lebih 5 meter dibuat berliku-liku sehingga mengurangi kecuramannya. Dari atas kita sudah bisa melihat pantai karena tidak ada penghalang apapun di tepi tebing. Dari atas juga terlihat lokasi kami mendirikan tenda di atas rerumputan hijau. Jangan sampai salah tempat ketika mendirikan tenda karena pada saat tertentu ada (sepertinya security hotel setempat) yang datang untuk menegur agar tidak mendirikan tenda disana. Lokasi yang saya maksud adalah di area rerumputan hijau yang menjadi tempat makan sapi dan ternak lainnya (Lihat foto di bawah).
Lokasi kami mendirikan tenda berada di area rerumputan yang terletak di sisi paling timur (sisi pojok kiri atas pada foto di atas). Tanah lapang berukuran sekitar 4x lapangan bola basket ini cukup luas untuk kami yang berjumlah 12 orang. Berkemah di bawah sinar bulan purnama membuat kami tidak memerlukan banyak penerangan saat itu. Angin yang bersahabat membuat api unggun cepat menyala. Kehadiran api unggun di tengah kami membuat suasana makan bersama menjadi semakin hangat.
Tak terasa hingga pukul 3 pagi kami habiskan waktu bersama. Saat hari menjadi semakin terang, semua seperti sepakat untuk bersama-sama beraktivitas di air. Bermain air di Pantai Nyangnyang harus ekstra hati-hati karena arusnya cukup kuat. Arus ini sesekali membawa objek seperti batu, kayu, dan benda lainnya hingga menuju ke pantai.
Duduk beralas matras atau kursi angin di tepi Pantai Nyangnyang adalah ide terbaik untuk membuat waktu terasa lebih lambat. Matahari yang terbit dari balik bukit membuat pantai ini tidak terlalu terik hingga pukul 09.00 WITA. Sesi berfoto ria juga sangat disarankan sebelum cahaya matahari membuat semuanya terlihat kurang sedap bagi mata yang kurang istirahat.
Lain halnya dengan beberapa teman laki-laki yang baru saya kenal semalam. Mereka memilih untuk bermain air bersama. Karena ada beberapa yang terluka akibat terkena objek yang dibawa oleh arus kuat, bagi mereka bermain di tepi pantai saja sudah cukup memuaskan. Kapan lagi bisa begini kalau bukan di hari libur?
Walaupun baru mengenal mereka beberapa jam, kehangatan yang mereka berikan sangat layak untuk disebut sebagai kehangatan bersaudara. Terima kasih kepada Yuni Agustini yang sudah mengajak saya berkemah bersama para sahabatnya. Semoga ada kesempatan lain untuk tidur kembali di bawah langit dan di atas tanah bersama kalian semua.
Bagi yang ingin berkunjung ke Pantai Nyangnyang, ini informasi tambahan dari saya:
- Gunakan alas kaki yang mendukung berjalan di bukit kapur yang memiliki tanjakan / turunan curam.
- Bawalah makanan / minuman ringan karena tidak ada yang berjualan di tepi pantai.
- Pastikan tidak membawa perlengkapan berlebih karena jalan kaki menaiki dan menuruni bukit setinggi 100 meter cukup melelahkan.
- Tidak ada pohon peneduh sehingga tidak disarankan datang saat matahari bersinar terik.
- Lokasi parkir kendaraan bisa dilihat di peta di bawah.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam jalan-jalan dan sukses untuk kita semua.

Menyukai bersepeda dan jalan-jalan sambil motret. Kalau ingin dipandu berwisata, bersepeda, atau difotoin di sekitar Bromo dan Malang, kontak via WA aja ke +62852-8877-6565
Leave a Reply