Ukir Negoro Tea Farm

Perkebunan teh Sirah Kencong

Mendengar tentang kota Blitar, apa yang pertama ada dalam pikiran Anda? Pemakaman Bung Karno? Candi Penataran? Atau mungkin ada objek wisata lainnya? Apa sudah tahu kalau di Blitar, tepatnya di Wlingi terdapat sebuah perkebunan teh yang hijau dan segar?

Ada kabar gembira untuk penggemar kegiatan bersepeda di jalur alam. Kebun teh Sirah Kencong di Wlingi (Kab Blitar) juga memiliki singletrack yang dapat dilewati oleh sepeda gunung. Perkebunan teh yang terletak di atas ketinggian 1000 mdpl ini memang sering digunakan sebagai jalur bersepeda oleh komunitas Matadewa (komunitas sepeda setempat).

Dengan diangkut oleh truk / pickup  dari kantor kelurahan Semen, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam hingga mencapai pabrik teh Ken Tea. Bagi Anda pecinta tanjakan, tak salah jika ingin melibasnya tanpa melibatkan kendaraan loading. Saya pernah beberapa kali melahap tanjakan SemenKen Tea dan menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Tentu waktu tempuh bervariasi bergantung pada kekuatan dengkul Anda dalam melahap tanjakan aspal rusak sepanjang 13 km. Jangan lupa membawa logistik lebih banyak karena sepanjang jalan tidak ada warung.

Setelah sampai di kawasan pabrik teh, kita dapat memilih 2 jalur menuju mencapai Puncak 1 atau Puncak 2. Puncak 1 berada di ketinggian sekitar 1400 mdpl, sedangkan Puncak 2 berada di ketinggian sekitar 1300 mdpl. Dari titik ini hanya sepeda yang diperbolehkan naik karena kondisi jalurnya berupa makadam. Puncak 1 yang lebih tinggi daripada Puncak 2 menyajikan pemandangan lebih indah karena dari titik ini dapat kita nikmati hamparan karpet hijau hingga sejauh mata memandang.

at the Top of Green Track

Pemandangan dari Puncak 1 Green Track

Perjuangan hingga mencapai titik tertinggi tentu sebanding dengan ‘manisnya’ turunan yang akan kita hadapi. Berada di Puncak 1 membuat kita memiliki kesempatan untuk menikmati turunan  sejauh sekitar 18 km dari ketinggian 1400 mdpl hingga 480 mdpl. Variasi jalur turunan yang dihadapi sepanjang 5 km pertama berupa turunan tanah yang mengelilingi kebun teh. Jalur selebar 2 meter dengan banyak variasi switch back (tikungan U) ini mengantar kita menuju perkampungan.

Aliran sungai dangkal yang melintang jalur membuat kita tak memiliki pilihan selain menyeberanginya. Segarnya air sungai yang membasahi sepatu tak sedikitpun saya sesali. Malah ada beberapa rekan lainnya yang kembali ke sungai untuk lebih ‘membanjiri’ sepatu mereka dengan air pegunungan. Meski demikian, tak sedikit pula yang tak mengijinkan sepatu mereka basah. Sayang sepatu sayang sepatu. Hehehe.

Menyeberangi sungai di Green Track

Menyeberangi sungai di Green Track

Setelah bermain sebentar dengan jalur beton di perkampungan, berikutnya jalur setapak di bawah lebatnya hutan menjadi menu menantang. Di tengah hutan ternyata ada sebuah titik yang membuat saya tidak bisa melupakan jalur Green Track. Terowongan Cinta namanya. Disebut Terowongan Cinta karena adanya tanaman semak yang tumbuh tinggi mencapai lebih dari 2 meter. Beratnya daun dan ranting membuatnya merunduk sehingga berbentuk seperti terowongan. Jadilah Terowongan Cinta yang indah seperti gambar di bawah.

Terowongan Cinta di Green Track

Terowongan Cinta di Green Track

Air hujan yang turun sehari sebelumnya membuat jalur tanah di hutan menjadi licin. Beberapa titik yang memiliki tali air (bekas ban motor) tak menjadi masalah meski ‘dihajar’ dengan kecepatan tinggi. Secara keseluruhan, jalur Green Track – Ukir Negoro tergolong aman meski dilewati oleh mereka yang baru menggemari kegiatan bersepeda gunung. Saran saya, cobalah selagi masih musim hujan karena ketika musim kemarau tak dapat lagi kita nikmati hijaunya daun teh (daun teh menjadi kekuningan kering). Tertarik?

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam gowes dan sukses untuk kita semua.