Gowes Jelajah Ngadirejo – Tunggangan (16/03/14)

Gowes di sekitar lahan tanam sayur di Desa Ngadirejo (Kab. Pasuruan)

Gowes di sekitar lahan tanam sayur di Desa Ngadirejo (Kab. Pasuruan)

Sudah lama tidak mendengar kabar track Tunggangan, bagaimana kabarnya ya? Mungkin track ini terdengar asing karena hanya beberapa orang yang pernah menjelajahinya. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan sedikitnya kawan-kawan goweser di Malang yang mengetahui jalur ini.

Jalur tulang penuh switchback di track Ngadirejo

Jalur tulang penuh switchback di track Ngadirejo

Meski sudah sering menjelajah track gowes di desa Ngadirejo (Kab. Pasuruan), tidak pernah ada rasa bosan untuk melewatinya. Selain pemandangan lahan tanam sayur di sepanjang kiri & kanan singletrack, ada pula beberapa switch back menuruni bukit menuju perkebunan apel di Nongkojajar. Titik dimana terdapat turunan dan switchback di track Ngadirejo juga dikenal dengan ‘Jalur Tulang’ karena sudah banyak tulang (terutama collar bone) yang patah akibat jatuh ke jurang sedalam 2-3 meter. Asalkan hati-hati, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari track ini.

'Jalur Tulang' lewat!!

‘Jalur Tulang’ lewat!!

Lubang-lubang kecil bekas tapak kaki untuk menaiki bukit adalah yang paling menghambat laju sepeda kami. Sesekali harus turun dari sepeda agar ban tidak terjebak dalam lubang dan mengakibatkan ridernya jatuh ke arah depan. Meski gerimis turun saat kami menghadapi ‘Jalur Tulang’, syukurlah tidak ada kecelakaan yang begitu serius. Tipe sepeda dengan fork suspensi yang kurang dari 120mm kurang saya sarankan untuk melewati ‘Jalur Tulang’ jika kondisinya seperti ini.

Tiba di Pasar Nongkojajar, Lanjut ke Track Tunggangan

Jalur yang kami lewati pada Minggu (16/03) diawali dari Desa Ngadirejo dan kemudian menuju Pasar Nongkojajar yang merupakan pusat kegiatan masyarakat Kecamatan Tutur (Kab. Pasuruan). Kendaraan loading yang kami bawa dari tempat asal masing-masing telah diparkir di sekitar Pasar Nongkojajar. Kendaraan tersebut kami minta untuk menunggu dan mengangkut kami dari Pasar Nongkojajar karena jarak 5km dari Nongkojajar menuju Gunung Tunggangan merupakan tanjakan yang lumayan melelahkan jika digowes. Meski menggunakan mesin (loading), tetap siapkan kendaraan yang prima untuk menghadapi tanjakan curam sepanjang 200 meter menjelang titik unload di Gunung Tunggangan.

Nanjak tanah dulu di KM 0 - KM 1 Track Gunung Tunggangan

Nanjak tanah dulu di KM 0 – KM 1 Track Gunung Tunggangan

Perlu diketahui, Pasar Nongkojajar dan Gunung Tunggangan dihubungkan oleh jalan aspal 2 lajur yang kondisinya mulus. Sebenarnya tanjakan aspal yang dilalui hanya 2km terakhir dari total 5km jarak Pasar Nongkojajar – Gunung Tunggangan. Jika dilihat dari tingkat elevasinya yang diawali dari 960 MDPL (meter di atas permukaan laut) hingga 1080 MDPL (dengan kondisi naik turun sejauh 2km), membuat kami berpikiran bahwa loading adalah solusi tersingkat dan paling efisien waktu serta energi saat itu. Belum lagi tanjakan tanah dari ketinggian 1080 MDPL hingga 1150 MDPL di 1 kilometer pertama Track Tunggangan yang pasti akan membuat nafas makin tak beraturan. Hidup loading!! 😀

Tiba di puncak Track Tunggangan. Merdeka dari tanjakan. Hidup turunan!!

Tiba di puncak Track Tunggangan. Merdeka dari tanjakan. Hidup turunan!!

Sesampainya di puncak Track Tunggangan, kami mengatur nafas lagi dan mendingikan otot kaki yang baru saja dipakai di jalur tanjakan. Jalur rolling (naik turun) sepanjang 1 kilometer di awal Track Tunggangan hari itu terasa berat bagi kami. Gerimis yang menemani perjalanan membuat tanah yang kami lewati menjadi basah dan licin. Ban yang bergerigi tidak menunjukkan lagi ‘taji’-nya, terlihat seperti donat 😀 Saya mendapat pelajaran darinya bahwa sesuatu yang terbaik tidak didapatkan dengan cuma-cuma.

The best things in life are not for free..

Lanjut ‘prosotan’ di Track Tunggangan

Tipe turunan yang pertama kami lewati adalah singletrack hutan pinus. Sudah lebih dari 1 tahun saya tidak melewati jalur ini rupanya masih ada memori yang membekas di beberapa titik persimpangannya. Maklum, waktu itu saya dan beberapa kawan NR-an di jalur ini dan sempat salah jalur. Alhasil, kesempatan berikutnya jangan sampai ‘terjatuh di lubang yang sama’. Hehehe 😀

‘Track Eskalator’ adalah titik jalur yang paling menantang di hutan pinus karena memiliki elevasi yang menurut saya sangat curam dengan panjang sekitar 50 meter. Ditambah lagi kondisinya yang licin setelah diguyur hujan, membuat ban tidak memiliki traksi sedikitpun menghadapi anak tangga yang memiliki panjang maksimal 15cm. Justru di titik inilah kami seru-seruan bersama. Saya sudah siap di pertengahan ‘Track Eskalator’ untuk mendokumentasikan momen-momen yang terjadi. Ada beberapa kawan yang sukses melewatinya tanpa terjatuh, ada pula yang terjatuh dan memberikan ekspresi lucu.

Track Eskalator : ada yang lolos, ada yang loncat

Track Eskalator : ada yang lolos, ada yang loncat

Tenang, tidak ada yang terluka meskipun harus jatuh bangun melewati ‘Track Eskalator’ di Hutan Pinus Gunung Tunggangan.

Medan berikutnya yang harus kami hadapi adalah punggungan bukit di area terbuka di daerah Jabung (Kab. Malang). Dengan turunan yang terbilang cukup curam, banyak kami lalui lekukan singletrack yang diapit oleh rumput hijau. Saking nikmatnya melahap turunan di tanah yang setengah basah dan kesat, saya yang ditugasi untuk mengambil foto sampai terlena hingga meneruskan laju sepeda. Semakin turun, semakin cepat dan semakin gila pula pengalaman yang saya rasakan saat itu. Adanya rock garden (alami, bukan makadam) sepanjang 30 meter, membuat jalur ini semakin kaya dan menggiurkan.

Turunan curam dan kondisi tanah yang tidak licin adalah 'emas' di Tunggangan

Turunan curam dan kondisi tanah yang tidak licin adalah ’emas’ di Tunggangan

Begitu bertemu dengan desa yang memiliki jalan aspal yang bagus, kami sudah berada di daerah Dengkol (Singosari). Jika Anda mengenal daerah Malang, Dengkol adalah nama sebuah desa yang dapat diakses dengan belok kiri di pertigaan traffic light Pasar Singosari (Garuda). Dari persimpangan tersebut masih masuk ke arah timur yang jaraknya sekitar 7 kilometer. Dari desa inilah beberapa peserta mulai berpencar. Meski berpencar, yang pasti kami semua selamat sampai di rumah dan bisa melaksanakan aktivitas masing-masing.

Melalui tulisan ini saya ucapkan terima kasih kepada komunitas Gowes Jelajah, CR1 Gresik, Asia Bike Malang, Batumas Pandaan, serta komunitas lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena kapasitas memori otak saya yang terbatas 😀

Track Tunggangan sangat saya sarankan bagi Anda yang cinta berat terhadap turunan!!

Bagi yang penasaran dengan jalur Tunggangan, silakan mengunduh file GPS-nya di link ini. Jika ingin lebih aman saat menjelajah, saya dan kawan-kawan dari Gowes Jelajah bisa membantu mengantar Anda untuk menjelajahinya. Hidup Track Tunggangan!!

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam gowes dan sukses untuk kita semua.

← Previous Post

Next Post →

10 Comments

  1. mantap mas bero… boleh dicoba niy trek tunggangan hehe

  2. Salam kenal om anom…saya way dri bekasi…top sm trip track tunggangan nya

  3. purwanto sigit

    Mantab track nya…salam kenal…saya Purwanto Sigit dari Blitar

  4. Andi Siswanto

    Mantapp trek nya Om…Salam kenal dari gw Andi di Ujung Barat Sumatra Aceh Barat…

  5. lihat foto2nya … kayaknya tracknya nikmat bener
    kayaknya mesti pakai sepeda am disini

    • Track ini makin nikmat waktu kemarau om. Saya sarankan pakai sepeda AM karena selain turunan, track Tunggangan juga punya tanjakan sekitar 1 km di awal.

  6. mas bro izin share di web saya ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *