Gambar 1

Menyusuri punggungan bukit di Ngadirejo

Sungguh pengalaman yang luar biasa karena kami bisa melibas 3 track dalam sehari. Agenda Gowes Jelajah yang dilaksanakan pada Minggu (14 Oktober 2012) ini menyedot perhatian banyak orang. Terbukti ada 24 + 1 orang yang terlibat dalam acara ini. Mengapa di kalimat sebelumnya saya jelaskan +1? Itu karena ada om Nandar Risnandar yang sudah meluangkan waktu, naik mobil bersama om Ricky Alexander Maliangkay untuk langsung menuju garis start (SDN 1 Ngadirejo).

Ngadirejo merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Desa ini merupakan jalur menuju Penanjakan yang sering dijadikan pusat perhatian wisatawan untuk menikmati sunrise ketika berkunjung ke Gunung Bromo. Kami yang diangkut menggunakan 2 buah truk melaju dari Malang dan sampai di Ngadirejo dengan durasi waktu sekitar 2 jam.

Gambar 2

Melahap turunan dengan banyak rintangan berupa U-turn

Jalur Ngadirejo menawarkan tantangan adrenalin kepada para penikmat kegiatan bersepeda lintas alam. Medannya yang berupa tanah berdebu (ketika kemarau) membuat kami harus mempersiapkan alat untuk melindungi sistem pernapasan. Selain itu, ada sebuah daerah yang memiliki turunan dengan karakter berupa jalur sempit dan kelokannya yang nyaris 180 derajat (U-Turn).

Gambar 3

Melewati kebun apel manalagi, kebetulan sedang panen

Track Ngadirejo – Nongkojajar telah kami lewati. Tak terasa setelah 5 km menikmati turunan tanah, kami bertemu dengan turunan aspal yang mengantar rombongan menuju Pertokoan Kawisari, Nongkojajar. Di pasar ini ada banyak sekali mobil pengangkut barang (pickup & truk) yang bisa disewa dengan harga terjangkau. Keberadaannya sangat membantu jika ada peserta yang harus dievakuasi menuju kota atau sekedar untuk melanjutkan petualangan menjelajah track Tunggangan yang posisinya berada di atas Nongkojajar.

Gambar 4

Menjelajah hutan kering, berdebu, dan berbatu di Tutur

Kini fokus peserta berubah untuk menikmati jalur turunan aspal yang menghubungkan Pertokoan Kawisari dengan persimpangan Tutur – Welang. Selang beberapa waktu kemudian kami menghadapi turunan makadam yang merupakan akses warga desa menuju jalan utama. Memasuki hutan pinus, kami mulai menikmati suasana hutan yang rindang. Tipe jalur yang berada di hutan ini masih didominasi oleh jalur makadam meski ada beberapa yang merupakan jalur tanah berdebu (ketika musim kemarau).

Point of Interest dari Track Tutur – Welang adalah turunannya yang berbatu (batu lepas, bukan makadam) dan jalurnya yang sempit sedangkan banyak pohon yang tumbuh di sekitarnya. Ditambah lagi dengan kondisi jalur yang ditutupi banyak guguran daun dari pohon yang meranggas. Jika kehilangan fokus sebentar, akibatnya bisa salah mengambil jalur dan membuat sepeda tak terkontrol.

Gambar 5

Makan siang (yang dilaksanakan sore) di sebuah warung di Welang

Gambar 6

Menyewa (kembali) 3 pick-up L300 untuk menikmati track Tunggangan

Ujung dari jalur Tutur adalah sebuah daerah yang oleh penduduk setempat sering dikenal dengan nama “Welang”. Di lokasi ini terdapat sebuah warung yang kami jadikan sebagai tempat untuk peristirahatan + ibadah sembari menunggu kendaraan pengangkut untuk track ke-3. Kendaraan pengangkut yang kami sewa ketika melewati Pasar Nongkojajar harus turun menuju Welang dengan menempuh waktu sekitar 20 menit.

Gambar 7

Suasana NR di Tunggangan

Petualangan dilanjutkan kembali dengan menjelajah track Tunggangan. Terhitung sekitar pukul 16.30 WIB kami sampai di titik awal track ini. Perjalanan diawali dengan menikmati jalur tanjakan sejauh sekitar 1,5 km. Kondisi track yang baru saja diguyur hujan gerimis membuat debunya menjadi tipis. Hal ini menguntungkan kami yang saat itu tidak bisa menggunakan penutup mata karena kondisi jalur yang gelap.

Gambar 8

Frame patah, padahal tidak ada insiden terjatuh

Gambar 9

Evakuasi rider bersama framenya yang patah

Ada sebuah kejadian tak mengenakkan yang menimpa salah seorang teman kami dalam petualangan menjelajah track Tunggangan. Framenya patah (benar-benar patah)  dan baru disadari ketika kami akan melanjutkan perjalanan setelah melaksanakan ibadah di sebuah Surau. Kondisi ini mau tak mau harus diselesaikan dengan cara evakuasi karena sebelumnya upaya untuk mem-bebat frame dengan kunci L tidak berhasil. Alhasil, om Agung harus pulang dengan cara dibonceng oleh kendaraan warga setempat yang telah kami sewa.

Gambar 10

Foto bersama seluruh peserta di daerah Tutur

Sekitar pukul 20.30 WIB kami semua sampai di persimpangan Garuda (Singosari, Malang). Seharian bersama sepeda, alam, dan kawan-kawan menjelajah sejauh 61km membuat rasa keingintahuan ini terpuaskan. Bagi Anda yang terlibat dalam momen tersebut, bagaimana perasaan Anda? Senang, senang, atau senang? 😀

Info:

  1. Ngadirejo bisa diakses dengan mobil dari Malang dengan estimasi waktu sekitar 2 jam / Surabaya dengan estimasi waktu sekitar 3,5 jam.
  2. Sewa mobil pengangkut menuju Tunggangan berada di Pasar Nongkojajar.
  3. Info lebih lanjut mengenai jalur ini bisa menghubungi saya melalui beberapa kontak di bawah (kanan bawah).
Tips:

  1. Gunakan pelindung tubuh dari resiko terbakar sinar matahari. Contoh : lengan panjang, buff, dll.
  2. Bawa minuman lebih banyak dari biasanya karena kondisi track kering dan berdebu.
  3. Bawa makanan ringan karena jalur yang panjang dan jarang melewati warung.
  4. Siapkan ban dalam cadangan karena jalur makadam merupakan 15% dari seluruh track.

Sekian pengalaman yang ingin saya bagikan. Semoga bisa menjadi referensi yang lengkap bagi Anda ketika ingin menikmati jalur 3 in 1 (Ngadirejo – Nongkojajar, Tutur – Welang, Tunggangan – Singosari).

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya,
Salam gowes dan sukses untuk kita semua.